Sunday, April 8, 2012

IBNU SINA

Ibnu  Sina  merupakan  dokter  Islam  yang terulung. Sumbangannya dalam bidang pengobatan bukan saja diakui oleh dunia Islam tetapi juga oleh para sarjana Barat. Nama asli Ibnu Sina ialah Abu Ali al-Hussian Ibnu Abdullah. Tetapi di Barat, beliau lebih dikenali sebagai Avicenna.
Ibnu Sina dilahirkan pada tahun 370 Hijrah bersamaan dengan 980 Masihi. Pelajaran peringkat awalnya bermula di Bukhara dalam bidang bahasa dan sastera. Selain itu, beliau turut mempelajari ilmu-ilmu lain seperti geometri, logika, matematik, sains, fikih, dan pengobatan. Dia seorang filosof dan ahli dalam bidang kedokteran.
Ibnu Sina mula menjadi terkenal selepas berjaya menyembuhkan penyakit Putera Nub Ibn  Nas  al-Samani  yang  gagal  diobati  oleh  dokter  yang  lain.  Kehebatan  dan kepakaran dalam bidang pengobatan tiada tolok bandingnya sehingga beliau diberikan gelar al-Syeikh al-Rais.
Kemasyhurannya melangkaui wilayah dan negara Islam. Bukunya Al Qanun fil Tabib telah diterbitkan di Rom pada tahun 1593 sebelum dialihbahasakan ke dalam bahasa Inggeris dengan judul Precepts of Medicine. Dalam jangka masa tidak sampai 100 tahun, buku itu telah dicetak ke dalam 15 bahasa. Pada abad ke-17, buku tersebut telah dijadikan sebagai bahan rujukan asas di universitas-universitas Itali dan Perancis. Di abad ke-19, bukunya masih dicetak ulang dan digunakan oleh para mahasiswa kedokteran.
Ibnu Sina juga telah menghasilkan sebuah buku yang diberi judul Remedies for The Heart  yang  mengandungi  sajak-sajak  pengobatan.  Dalam  buku  itu,  beliau  telah menceritakan  dan  menghuraikan  760  jenis  penyakit  bersama  dengan  cara  mengobatinya.  Hasil  tulisan  Ibnu  Sina  sebenarnya  tidak  terbatas  kepada  ilmu pengobatan saja. Tetapi turut merangkumi bidang dan ilmu lain seperti metafisik, musik, astronomi, philologi (ilmu bahasa), syair, prosa, dan agama.
Penguasaannya dalam pelbagai bidang ilmu itu telah menjadikannya seorang tokoh sarjana yang serba boleh. Beliau tidak sekadar menguasainya tetapi berjaya mencapai tahap zenith yaitu puncak kecemerlangan tertinggi dalam bidang yang digelutinya.
Di samping menjadi zenith dalam bidang pengobatan, Ibnu Sina juga menduduki ranking yang tinggi dalam bidang ilmu logika sehingga digelar guru ketiga. Dalam bidang penulisan, Ibnu Sina telah menghasilkan ratusan karya termasuk kumpulan risalah yang mengandungi hasil sastra kreatif.
Perkara yang lebih menakjubkan pada Ibnu Sina ialah beliau juga merupakan seorang ahli falsafah yang terkenal. Beliau pernah menulis sebuah buku berjudul al-Najah yang  membicarakan  persoalan  falsafah.  Pemikiran  falsafah  Ibnu  Sina  banyak dipengaruhi  oleh  aliran  falsafah  al-Farabi  yang  telah  menghidupkan  pemikiran Aristoteles. Oleh sebab itu, pandangan pengobatan Ibnu Sina turut dipengaruhi oleh asas dan teori pengobatan Yunani khususnya Hippocrates.
Pengobatan Yunani berasaskan teori empat unsur yang dinamakan humours iaitu darah, lendir (phlegm), hempedu kuning (yellow bile), dan hempedu hitam (black bile). Menurut  teori  ini,  kesehatan  seseorang  mempunyai  hubungan  dengan  campuran keempat-empat unsur tersebut. Keempat-empat unsur itu harus berada pada kadar yang  seimbang  dan  apabila  keseimbangan  ini  terganggu  maka  seseorang akan mendapat penyakit.
Setiap  individu  dikatakan  mempunyai  formula  keseimbangan  yang  berlainan. Meskipun teori itu didapati tidak tepat tetapi telah meletakkan satu landasan kokoh kepada  dunia  pengobatan  untuk  mengenal  pasti  puncak  penyakit  yang  menjangkiti manusia.  Ibnu  Sina  telah  menapis  teori-teori  kosmogoni  Yunani  ini  dan mengislamkannya.
Ibnu Sina percaya bahawa setiap tubuh manusia terdiri daripada empat unsur iaitu tanah, air, api, dan angin. Keempat-empat unsur ini memberikan sifat lembab, sejuk, panas, dan kering serta sentiasa bergantung kepada unsur lain yang terdapat dalam alam ini.  Ibnu  Sina  percaya  bahwa  terdapat pertahanan alami  dalam tubuh manusia  untuk  melawan  penyakit.  Jadi,  selain  keseimbangan  unsur-unsur  yang dinyatakan itu, manusia juga memerlukan ketahanan yang kuat dalam tubuh bagi mengekalkan kesehatan dan proses penyembuhan.
Pengaruh pemikiran Yunani bukan sahaja dapat dilihat dalam pandangan Ibnu Sina mengenai kesehatan dan pengobatan, tetapi juga bidang falsafah. Ibnu Sina berpendapat bahwa matematika bisa digunakan untuk mengenal Tuhan. Pandangan seumpama itu pernah   dikemukakan   oleh   ahli   falsafah   Yunani   seperti   Pythagoras   untuk menguraikan  mengenai  sesuatu  kejadian.  Bagi  Pythagoras,  sesuatu  benda mempunyai angka-angka dan angka itu berkuasa di alam ini. Berdasarkan pandangan itu, maka Imam al-Ghazali telah menyifatkan pahaman Ibnu Sina sebagai suatu kesesatan dan lebih merusak daripada kepercayaan Yahudi dan Nasrani.
Sebenarnya, Ibnu Sina tidak pernah menolak kekuasaan Tuhan. Dalam buku AnNajah, Ibnu Sina telah menyatakan bahwa pencipta yang dinamakan sebagai “Wajib al-Wujud” ialah satu. Dia tidak berbentuk dan tidak terbagi. Menurut Ibnu Sina, segala maujud (mumkin al-wujud) bersumber dari “Wajib al-Wujud” yang tidak memiliki permulaan.
Pemikiran falsafah dan konsep ketuhanannya telah ditulis oleh Ibnu Sina dalam bab “Hikmah Ilahiyyah” dalam pasal “Tentang adanya susunan akal, jiwa langit, dan benda angkasa.
Pemikiran Ibnu Sina ini telah rnencetuskan kontroversi dan telah disifatkan sebagai satu percabaan untuk membahas zat Allah. Al-Ghazali telah menulis sebuah buku yang berjudul Tahafat al’Falasifah yang membahas pemikiran Ibnu Sina dan al-Farabi.
Di antara sanggahan yang diutarakan oleh al-Ghazali ialah penyangkalan terhadap kepercayaan dalam keabadian planet bumi, penyangkalan terhadap penafian Ibnu Sina  dan  al-Farabi  mengenai  kebangkitan  jasad  manusia  dengan  perasaan kebahagiaan dan kesengsaraan di surga atau neraka.
Walau  apa  pun  pandangan  yang  dikemukakan,  sumbangan  Ibnu  Sina  dalam perkembangan falsafah Islam tidak mungkin dapat dinafikan. Bahkan beliau boleh dianggap sebagai orang yang bertanggungjawab menyusun falsafah dan sains dalam Islam. Sesungguhnya, Ibnu Sina tidak saja unggul dalam bidang pengobatan tetapi kehebatan dalam bidang falsafah mengatasi gurunya sendiri iaitu al-Farabi.

THERAPI HBO



 Oksigen adalah suatu gas yang merupakan unsur vital dalam proses metabolisme seluruh sel tubuh. Adanya kekurangan oksigen, dapat menyebabkan kematian jaringan dan mengancam kehidupan seseorang. Tetapi tidak banyak orang yang tahu, selain dalam proses pernafasan dan metabolisme, oksigen juga memiliki peran dalam pembentukan kolagen dan perbaikan jaringan sehingga pemberian oksigen yang tepat dapat membantu dalam proses penyembuhan luka maupun dalam proses anti penuaan.

Terapi oksigen hiperbarik (HBOT = Hyperbaric Oxygen Therapy) merupakan suatu bentuk terapi dengan cara memberikan 100% oksigen kepada pasien dalam suatu hyperbaric chamber/ ruangan hiperbarik yaitu suatu ruangan yang memiliki tekanan lebih dari udara atmosfir normal (1 atm atau 760 mmHg). Dalam kondisi normal, oksigen dibawa oleh sel darah merah ke seluruh tubuh. Tekanan udara yang tinggi, akan menyebabkan jumlah oksigen yang dibawa oleh sel darah merah meningkat hingga 400%.

HBOT sebenarnya bukanlah merupakan hal baru. Metode ini sudah ditemukan oleh Behnke sejak tahun 1930 untuk mengatasi penyakit dekompresi (DeCompresion syndrome), yaitu suatu penyakit yang dialami oleh penyelam atau pekerja tambang bawah tanah akibat penurunan tekanan saat naik ke permukaan secara mendadak. Di Indonesia, pemanfaatan HBOT pertama kali dilakukan oleh Lakesia pada tahun 1960 yang bekerja sama dengan RSAL dr.Ramelan, Surabaya.

Dua efek penting yang mendasari pemanfaatan HBOT adalah:

1. Efek mekanik yang disebabkan oleh peningkatan tekanan lingkungan sehingga menurunkan volume gelembung gas atau udara seperti pada terapi penderita dekompresiakibat kecelakaan kerja penyelaman;
2. Efek peningkatan tekanan parsial oksigen dalam darah dan jaringan akan memberikan efek terapeutik seperti bakteriostatik pada infeksi kuman anaerob, detoksifikasi pada keracunan karbon monoksida, reoksigenasi pada kasus iskemia akut, crush injury, compartment syndrome, maupun kasus iskemia kronis, luka yang tidak sembuh, nekrosis radiasi, skin graft preparation, dan luka bakar. Bahkan saat ini pemanfaatan HBOT semakin meluas, dan telah digunakan sebagai terapi kebugaran tubuh serta kecantikan.

Proses HBOT tergolong sederhana. Diawali dengan konsultasi oleh dokter dan pemeriksaan fisik untuk menentukan ada tidaknya kontraindikasi absolut seperti pneumotoraks, maupun kontraindikasi relatif seperti asma, klaustrofobia (takut ruangan sempit), penyakit paru obstruktif kronik, disfungsi tuba eustachius, demam tinggi, kehamilan, dan infeksi saluran napas atas.

Setelah dipastikan pasien tidak memiliki kontraindikasi HBOT, pasien akan dibawa masuk dalam suatu ruangan hiperbarik. Ada 2 jenis ruangan yaitu ruangan multipel yang dapat digunakan bersamaan dengan pasien lainnya, dan ruangan single yang hanya dapat digunakan oleh 1 pasien saja. Tidak perlu penggunaan masker maupun sarung tangan dalam ruangan, kecuali pada kasus keracunan karbonmonoksida. Di dalam ruangan pasien dapat melakukan aktivitas seperti membaca dan mendengarkan musik. Dosis dan lamanya HBOT disesuaikan dengan kondisi jaringan dan indikasi dilakukannya HBOT. Sebagai contoh, HBOT untuk perawatan luka dilakukan sebanyak 10 sesi perawatan, setiap sesi memakan waktu 90 hingga 120 menit.

Prosedur pemberian HBOT yang dilakukan pada tekanan 2 – 3 ATA (Atmosphere Absolute) dengan pemberian O2 intermitten akan mencegah keracunan O2 dan memberikan efek samping seminimal mungkin. Efek samping yang ditimbulkan biasanya berupa mual, kedutan pada otot wajah dan perifer, maupun kejang.

Saat ini di Singapura, HBOT merupakan terapi yang sangat populer dalam penyembuhan luka, karena bersifat noninvasif dan ketidaknyamanan yang dirasakan pasien hanya minim. Ini menjadi sangat sesuai bagi siapa saja, tua maupun muda.

Di Indonesia telah tersedia pula fasilitas HBOT, diantaranya adalah di RS PT Arun Aceh, RSAL dr. Midyatos Tanjung Pinang, RSAL dr.Mintohardjo Jakarta , RS.Omni Jakarta, RS Pertamina Cilacap, RSAL Halong Ambarawa, RSP Balikpapan, RSU Makasar, RSU Manado, Lakesia TNI AL Surabaya, RSU Sanglah Denpasar, RSAL Halong Ambon, dan RS Petromer Sorong.

Saturday, March 31, 2012

SEHAT MENURUT ISLAM


Konsep Sehat Menurut Perspektif Islam
Konsep sehat dan kesehatan merupakan dua hal yang hampir sama tapi berbeda. Konsep sehat menurut Parkins (1938) adalah suatu keadaan seimbang yang dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh dan berbagai faktor yang berusaha mempengaruhinya.Sementara menurut White (1977), sehat adalah suatu keadaan di mana seseorang pada waktu diperiksa tidak mempunyai keluhan ataupun tidak terdapat tanda-tanda suatu penyakit dan kelainan.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun mengembangkan defenisi tentang sehat.Pada sebuah publikasi WHO tahun 1957, konsep sehat didefenisikan sebagai suatu keadaan dan kualitas dari organ tubuh yang berfungsi secara wajar dengan segala faktor keturunan dan lingkungan yang dimiliki.Sementara konsep WHO tahun 1974, menyebutkan Sehat adalah keadaan sempurna dari fisik, mental, sosial, tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Sementara Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam musyawarah Nasional Ulama tahun 1983 merumuskan kesehatan sebagai ketahanan “jasmaniah, ruhaniyah dan sosial” yang dimiliki manusia sebagai karunia Allah yang wajib disyukuri dengan mengamalkan tuntunan-Nya, dan memelihara serta mengembangkannya.
Kesehatan Islam
Konsep tersebut ditinjau dari perspektif Islam yang mengacu dalam kitab suci Al Quran.Islam sangat memperhatikan kondisi kesehatan sehingga dalam Al Quran dan Hadits ditemui banyak referensi tentang sehat.Misalnya Hadits Bukhari yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, Rasulullah bersabda.“Dua nikmat yang sering tidak diperhatikan oleh kebanyakan manusia yaitu kesehatan dan waktu luang.”
Kosa kata “sehat wal afiat” dalam Bahasa Indonesia mengacu pada kondisi ragawi dan bagian-bagiannya yang terbebas dari virus penyakit.Sehat Wal Afiat ini dapat diartikan sebagai kesehatan pada segi fisik, segi mental maupun kesehatan masyarakat.
Menurut Dian Mohammad Anwar dari Foskos Kesweis (Forum Komunikasi dan Studi Kesehatan Jiwa Islami Indonesia), pengertian kesehatan dalam Islam lebih merujuk kepada pengertian yang terkandung dalam kata afiat. Konsep Sehat dan Afiat itu mempunyai makna yang berbeda kendati tak jarang hanya disebut dengan salah satunya, karena masing-masing kata tersebut dapat mewakili makna yang terkandung dalam kata yang tidak disebut.Dalam kamus bahasa arab sehat diartikan sebagai keadaan baik bagi segenap anggota badan dan afiat diartikan sebagai perlindungan Allah SWT untuk hamba-Nya dari segala macam bencana dan tipudaya. Perlindungan Allah itu sudah barang tentu tidak dapat diperoleh secara sempurna kecuali bagi orang-orang yang mematuhi petunjuk-Nya.Dengan demikian makna afiat dapat diartikan sebagai berfungsinya anggota tubuh manusia sesuai dengan tujuan penciptaannya.
Sesuai dengan Sunnah Nabi inilah maka umat Islam diajarkan untuk senantiasa mensyukuri nikmat kesehatan yang diberikan oleh Allah SWT.Bahkan bisa dikatakan Kesehatan adalah nikmat Allah SWT yang terbesar yang harus diterima manusia dengan rasa syukur.Bentuk syukur terhadap nikmat Allah karena telah diberi nikmat kesehatan adalah senantiasa menjaga kesehatan. Firman Allah dalam Al Quran, “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih” (Surah Ibrahim [14]:7).
Sebagai seorang Muslim, keyakinan atas kondisi sehat seseorang terkait takdir pula. Meski sudah berperilaku sehat, apabila Allah mentakdirkan ia sakit maka seseorang akan menderita kesakitan. Apabila seseorang ditakdirkan oleh Allah untuk sehat maka sehatlah ia. Janji Allah SWT dalam Surah Asy Syu’araa’ [26]: 78 – 82: “(Yaitu Tuhan) yang telah menciptakan Aku, Maka Dialah yang menunjuki Aku. Dan Tuhanku, yang Dia memberi Makan dan minum kepadaKu. Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan Aku. Dan yang akan mematikan Aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali). Dan yang amat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat”.
Sedangkan berdasarkan Hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Jabir dari Nabi SAW bersabda: Setiap penyakit pasti ada obatnya, apabila obatnya itu digunakan untuk mengobatinya, maka dapat memperoleh kesembuhan atas izin Allah SWT (HR. Muslim). Bahkan Allah SWT tidak akan menurunkan penyakit kecuali juga menurunkan obatnya, sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh  Abu Hurairah RA dari Nabi SAW bersabda: Allah SWT tidak menurunkan sakit, kecuali juga menurunkan obatnya (HR  Bukhari).
Terkait dengan takdir, didalam Al Quran dikisahkan tentang Nabi Ayub yang ditimpa serangan penyakit pada hampir seluruh organ tubuhnya.Bagian tubuh yang tersisa dari serangan penyakit ketika itu adalah lidah dan hatinya.Pada saat terkena penyakit, Nabi Ayub pun kehilangan anak-anaknya dan harta benda yang dimilikinya sehingga menambah berat penderitaannya. Dengan lidah dan hati yang tersisa, seakan Allah SWT memberi jalan kepada Nabi Ayub untuk berzikir dengan lidahnya dan berdoa dalam hati memohon doa agar diridhoi untuk hidup sehat kembali. Akhirnya, dikisahkan Nabi Ayub pun sembuh seperti sediakala dan harta beserta keluarganya dikembalikan.
Kisah Nabi Ayub dalam Al Quran terdapat pada Surah Al Anbiyaa’ [21]:83-84, “Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: “(Ya Tuhanku), Sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan yang Maha Penyayang di antara semua Penyayang”. Maka Kamipun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah.
KONSEP SEHAT

Nabi Muhammad SAW lewat sunnahnya memberi perhatian yang serius terhadap kesehatan manusia.Sunnah Nabi menganggap keselamatan dan kesehatan sebagai nikmat Allah yang terbesar yang harus diterima dengan rasa syukur.
Firman Allah dalam Al Quran Surah Ibrahim [14]:7

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.
Bentuk syukur terhadap nikmat Allah melalui kesehatan ini adalah senantiasa menjaga kesehatan sesuai dengan sunnatullah.
Rasulullah bersabda.“Dua nikmat yang sering tidak diperhatikan oleh kebanyaka manusia yaitu kesehatan dan waktu luang.” (HR. Bukhari yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas)
Konsep

·         Health for all (sehat untuk semua)

·         Back to nature (kembali ke alam).

Sehat dan sakit adalah dua bagian kehidupan manusia yang saling bertentangan serta tidak bisa kita hindari, karena keduanya memang merupakan bagian dari sunnatullah yang menciptakan segala sesuatu berpasang-pasangan. Allah menyatakan, "Segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan agar kamu menyadari kebesaran Allah,( Surah Al-Dzariyat ayat 49).


A.    Konsep Hidup Sehat
Sehat (Arab"Al-shihah”), dalam Islam bukan hanya merupakan sesuatu yang berhubungan dengan masalah fisik (jasmani), melainkan juga menyangkut psikis (jiwa).
Karena itulah mengapa Islam memperkenalkan konsepsi al-Shihhah wa al-afiyat (lazim diucapkan sehat wal'afiat).
Maksud dari konsep itu yakni suatu kondisi sehat di mana seseorang mengalami kesehatan yang paripurna, jasmani, dan rohani atau fisik dan psikis. Jika makna sehat seluruhnya berhubungan dengan masalah fisik-ragawi, maka makna al-afiat ialah segala bentuk perlindungan Allah SWT untuk hamba-Nya dari segala macam tipu daya.Atau, menurut istilah Quraish Shihab ialah berfungsi bagi seluruh anggota tubuh manusia sesuai dengan tujuan pencipta-Nya.

B.  Penerapan Pola Hidup Sehat

Untuk mengetahui lebih jauh bagaimana cara menerapkan pola hidup sehat itu di dalam kehidupan kita masing-masing, berikut ini dapat kita ikuti beberapa terapi yang diajarkan oleh Islam kepada umat manusia:

Pertama, senantiasa memelihara kebersihan dzahir dan bathin. Kebersihan adalah pangkal kesehatan, Nabi Muhammad saw. pernah bersabda: Al-nadhafatu min al-iman (kebersihan itu sebagian dari iman). Yang paling esensial dari kebersihan diri itu adalah kebersihan hati, jiwa (qalb), dan pikiran (aql). Dalam ber­bagai kenyataan, kita sering menemukan ada saja di antara orang yang mudah berburuk sangka (su'udzan) atau suka curiga kepada orang lain. Bahkan ada yang sampai berburuk sangka kepada Allah, Na'udzu bi Allah min dzalik.
Dari lubuk hati yang bersih serta akal yang sehat, seseorang akan memperoleh kesehatan yang sempurna. Bukankah banyak orang yang mengalami gangguan kesehatan disebabkan oleh faktor tidak sehatnya kedua hal tersebut?Maka, tidak mengherankan jika para dokter menyarankan setiap pasiennya yang mengalami stres (ketegangan) untuk hidup secara teratur, mengurangi, bahkan tidak membebani diri dengan pikiran dan perasaan yang berat-berat.
Saran seperti itu, sebenarnya telah kita kenal sejak lama melalui konsepsi, al-'aql al-salim fi al-jism al-salim (akal yang sehat akan membuahkan jiwa yang sehat pula).
Di dalam banyak ayat Alquran, Allah mengisyaratkan betapa urgensnya kita memelihara kebersihan hati dan jiwa itu. Misal, firman-Nya, ”Dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk hatinya” ( TQS Al-Tagabun 64:11). Hati yang tidak bersih akan sulit sekali untuk menerima petunjuk-petunjuk Allah, dan itu merupakan penyakit yang amat berbahaya.
Untuk menjaga kebersihan hati sekaligus menghindarkan dari hal seperti itu, maka Allah mengajari kita selalu bermohon kepada-Nya: “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau, karena sesungguhnya Engkaulah yang Maha Pemberi Karunia (TQS Ali 'Imran ayat 8).

Ke-dua, hendaknya kita mencari nafkah yang halal dan thayyib, kemudian mengonsumsinya pula secara yang halal dan baik.Nafkah yang halal bukanlah sesuatu yang semata-mata berhubungan dengan hasil jerih payah pekerjaan seseorang, melainkan juga berhubungan dari mana sumber dan dari mana kita memperolehnya.Sebab dalam banyak kenyataan, seringkali ada di antara kita berpikir "yang penting uang” tidak terpikirkan bagaimana dan apa akibat spiritualnya pernyataan seperti itu.
Mengenai petunjuk kehalalan dan kebaikan sesuatu yang hendak kita konsumsi itu, antara lain Allah mengisyaratkan bahwa: “Wahai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa saja yang terdapat di bumi, dan janganlah kita mengikuti langkah-langkah setan, karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu” (TQS Al-Baqarah ayat 68). Sebagai contoh, daging yang baik untuk dikonsumsi antara lain dilihat dan ditentukan pula dari bagaimana proses penyembelihannya, apakah sesuai dengan ajaran Allah atau tidak (Alquran Surah Al-Maidah ayat 5).

Ketiga, memohon perlindungan dan kesehatan kepada Allah atas apa yang kita konsumsi. Setiap kali memulai kegiatan makan atau minum secara proporsional "makan dan minumlah, dan janganlah berlebihan.Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan", demikian peringatan dari Allah swt. Kemudian, dahuluilah dengan permohonan kepada Allah, semoga apa yang hendak kita konsumsi itu, dijauhkan dari berbagai macam penyakit melainkan sebaliknya akan mendatangkan kesegaran dan kebugaran tubuh. Sebab pada dasarnya makan serta minum itu, bertujuan untuk menyehatkan tubuh dan mengganti sel-sel yang diperlukan oleh setiap organ tubuh.
Hakikat rezeki yang kita peroleh dan konsumsi itu dari Allah juga.Karenanya, pedoman dalam menciptakan pola konsumsi itu, misalnya Allah menyatakan harus proporsional (Alquran surah Al-A'raf ayat 31). Demikian pula Nabi Muhammad saw. memberi isyarat dan contoh untuk itu, misalnya, Makanlah pada saat lapar dan berhentilah sebelum kenyang.
Memang pola konsumsi masyarakat kita selama ini masih pada taraf makan untuk sekadar kenyang bukan untuk kesehatan.Kita makan tidak beraturan waktunya, dan lain-lain. Padahal kalau kita telusuri soal ini, maka dalam salah satu hadis Nabi Muhammad saw. riwayat Muslim dinyatakan, "Perut itu adalah tempatnya bersarang penyakit dan pengaturan makanan adalah obat utama. Maka, pantaslah jika kemudian beliau sering kali melaksanakan ibadah puasa sunah, yang selanjutnya perlu kita teladani, terutama setiap hari Senin dan Kamis.

Keempat, memelihara keteraturan hidup. Seringkali ada orang yang mudah terkena penyakit, karena penyebabnya ia tidak memiliki disiplin diri terhadap makan, tidur, istirahat, bekerja dan berolahraga. Umumnya masyarakat kita masih lebih mengutamakan tampilan lahiriah daripada pemenuhan gizi makanan dan kalau sudah sibuk bekerja sampai lupa jadwal makan.
Akibatnya lambung dan usus terganggu, maag, kekurangan gizi, dan sebagainya.Nanti memeriksakan kesehatannya pada waktu sakit.Padahal Islam menerapkan suatu perinsip al-wiqayat khayr mi al-ilaj (pencegahan lebih baik dari mengobati).


Kelima, perbanyak mengonsumsi buah-buahan, sayuran yang segar, serta sering meminum madu. Buah-buahan sering diibaratkan Allah SWT dengan "makanan surga".Mengapa?Dalam ayat ditemukan misalnya Allah menyatakan, "Dan Kami jadikan kepadanya kebun-kebun kurma dan anggur dan pancarkan padanya beberapa mata air, supaya mereka makan dari buahnya, dan dari apa yang diusahakan oleh tangan mereka.Maka mengapakah mereka tidak bersyukur (TQS Yaasin ayat 1-3).
Bahkan di dalam  Al-Duhhan/44:55, Allah ta'ala berfirman, "Di dalamnya mereka meminta segala macam buah-buahan dengan aman (dari segala kekhawatiran)."
Adapun madu, Allah menyatakan pula secara eksplisit bahwa madu itu adalah syifa (obat). Firman-Nya: “Kemudian makanlah dari (tiap-tiap macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada apa yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang yang mau memikirkan. (TQS An-Nahl ayat 69).

Keenam, hendaknya kita sering membaca dan mengikuti ajaran Alquran.Membaca Alquran adalah bagian dari zikir kepada Allah, sedangkan zikir mendatangkan ketenangan jiwa."Sesungguhnya dengan mengingat Allah, jiwa akan memperoleh ketenangan." (Alquran surah Al-Ra'd ayat 28, Alquran Surah Yunus ayat 57).
Namun dalam banyak hal, terkadang manusia baru menjadikan Alquran sebagai barang antik sehingga jarang disentuh apalagi untuk ditelaah isinya.Padahal kalam Allah itu adalah hudan (petunjuk) bagi hidup dan kehidupan umat manusia.Salah satu fungsinya, Alquran sebagai obat yang mujarab untuk mengobati penyakit, terutama kejiwaan seseorang yang dilanda rasa gundah gulana.
Kiranya dapat kita pahami bahwa secara umum Allah swt telah menyatakan bahwa semua penyakit ada obatnya.Seperti tersurat melalui pernyataan Nabi Ibrahim as.Bahwa, "Apabila aku (Ibrahim as) sakit, Dialah yang menyembuhkan aku" (TQS As-Syu'ara ayat 80).
Demikian halnya dengan penjelasan Rasulullah saw. bahwa, "Berobatlah, karena tiadalah suatu penyakit yang diturunkan Allah, kecuali diturunkan pula obat penangkalnya selain satu penyakit, yaitu ketuaan".

C.    Tentang Semboyan “Dalam Tubuh yang Sehat tedapat Jiwa yang Sehat” Mensana incorpore sano; Di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang. Semboyan ini sangat terkenal, sehingga banyak orang yang percaya begitu saja padanya, tanpa disertai sikap kritis sama sekali. Apakah setiap orang yang memiliki fisik yang baik dan sehat, otomatis jiwanya menjadi baik dan sehat pula?
Tidak ada penjelasan ilmiah sama sekali yang mendukung “kebenaran” semboyan ini. Justru banyak orang yang berfisik sehat dan kuat, namun jiwa mereka kotor (suka iri, dengki, pendendam, dan sebagainya), atau hidup mereka penuh dengan kegiatan maksiat. Dalam buku postmodernisme, di sana disebutkan bahwa falsafah Yunani saat ini demikian merasuki budaya hampir seluruh umat manusia. Dalam falsafah Yunani, unsur fisik manusia menempati posisi yang amat terhormat, bahkan lebih terhormat dari unsur spiritual.
Kita bisa mengumpulkan sejumlah fakta mengenai hal ini.Olimpiade (pesta olahraga sedunia) misalnya, berasal dari budaya Yunani.Stadion olahraga dan gymnasium pun berakar dari budaya Yunani.Kini, implementasi budaya Yunani ini dapat kita saksikan dari maraknya kegiatan kontes kecantikan, pemberian gelar “Pahlawan Bangsa” bagi para olahragawan yang berprestasi, dan masih banyak lagi.
Memang, Islam sama sekali tidak anti olahraga. Setiap orang tentu senang jika memiliki tubuh yang sehat, kuat, tak mudah terserang penyakit.Namun janganlah faktor fisik terlalu diagung-agungkan, seolah-olah tak ada yang lebih penting di dunia ini ketimbang kesehatan, keindahan, dan kekuatan fisik.Kita perlu menjaga kesehatan dan kekuatan fisik, yang tujuannya agar aktivitas ibadah kita semakin lancar. Jadi kita berolah raga pun diniatkan untuk ibadah
Orang yang selalu tawakal, berpikiran positif, dan selalu menjaga kesucian hatinya, Insya Allah pikirannya akan tenang, aliran darahnya lancar, dan jantungnya berdetak dengan normal. Sementara orang yang suka negative thinking, pendendam, iri, gampang emosi, jantungnya sering berdebar-debar, maka perasaannya jadi gelisah, dan metabolisme tubuhnya menjadi tidak teratur. Kondisi ini merupakan lahan subur bagi berkembangnya berbagai jenis penyakit.Kalau mau bukti, coba rasakan bagaimana kondisi tubuh Anda ketika Anda marah atau membenci seseorang.Rasakan bagaimana debaran jantung dan aliran darah Anda.Coba bandingkan dengan situasi ketika Anda tenang, tawakal, dan bersabar.
Jadi jelas bahwa kesehatan jiwalah yang bisa berpengaruh terhadap kesehatan fisik (bukan sebaliknya, sebagaimana tercermin pada semboyan Yunani Kuno di atas).Memang, jiwa yang sehat tidak bisa menjamin seratus persen bahwa fisik kita pun akan selalu sehat. Punya pikiran sehat tapi makanannya mengandung banyak kuman, dan rumah kotor tidak terawat, ya tetap saja tidak sehat.Tapi setidaknya, dengan menjaga kesehatan dan kesucian jiwa kita, Insya Allah dapat membantu meningkatkan kesehatan dan kekuatan fisik kita.

KESIMPULAN
Dengan menerapkan konsep hidup sehat menurut Islam ini, kita mampu menjadikannya sebagai pedoman dan terapi dalam upaya bersama untuk menyehatkan lingkungan.
Selain itu, juga untuk mempertahankan kesehatan diri dan meningkatkan kualitas hidup pribadi secara sempurna, sebagai bagian integral dari upaya menyehatkan bangsa menyongsong persaingan kualitas manusia pada abad ke-21 ini. Karena, bukanlah bangsa yang sehat dan kuat akan kita peroleh dari kesehatan dan kekuatan individu-individu anggota masyarakatnya sendiri.


Pengertian sehat menurut UU Pokok Kesehatan No. 9 tahun 1960, Bab I Pasal 2 adalah keadaan yang meliputi kesehatan badan (jasmani), rohani (mental), dan sosial, serta bukan hanya keadaan bebas dari penyakit, cacat, dan kelemahan. Pengertian sehat tersebut sejalan dengan pengertian sehat menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1975 sebagai berikut: Sehat adalah suatu kondisi yang terbebas dari segala jenis penyakit, baik fisik, mental, dan sosial.
Batasan kesehatan tersebut di atas sekarang telah diperbaharui bila batasan kesehatan yang terdahulu itu hanya mencakup tiga dimensi atau aspek, yakni: fisik, mental, dan sosial, maka dalam Undang- Undang N0. 23 Tahun 1992, kesehatan mencakup 4 aspek, yakni: fisik (badan), mental (jiwa), sosial, dan ekonomi. Batasan kesehatan tersebut diilhami oleh batasan kesehatan menurut WHO yang paling baru. Pengertian kesehatan saat ini memang lebih luas dan dinamis, dibandingkan dengan batasan sebelumnya. Hal ini berarti bahwa kesehatan seseorang tidak hanya diukur dari aspek fisik, mental, dan sosial saja, tetapi juga diukur dari produktivitasnya dalam arti mempunyai pekerjaan atau menghasilkan sesuatu secara
Itulah sebabnya, maka kesehatan bersifat menyeluruh mengandung keempat aspek. Perwujudan dari masing-masing aspek tersebut dalam kesehatan seseorang antara lain sebagai berikut:
1. Kesehatan fisik terwujud apabila sesorang tidak merasa dan mengeluh sakit atau tidak adanya keluhan dan memang secara objektif tidak tampak sakit. Semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak mengalami gangguan.
2. Kesehatan mental (jiwa) mencakup 3 komponen, yakni pikiran, emosional, dan spiritual.
• Pikiran sehat tercermin dari cara berpikir atau jalan pikiran.
• Emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk mengekspresikan emosinya, misalnya takut, gembira, kuatir, sedih dan sebagainya.
• Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur, pujian, kepercayaan dan sebagainya terhadap sesuatu di luar alam fana ini, yakni Tuhan Yang Maha Kuasa (Allah SWT dalam agama Islam). Misalnya sehat spiritual dapat dilihat dari praktik keagamaan seseorang.
Dengan perkataan lain, sehat spiritual adalah keadaan dimana seseorang menjalankan ibadah dan semua aturan-aturan agama yang dianutnya.
3. Kesehatan sosial terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan orang lain atau kelompok lain secara baik, tanpa membedakan ras, suku, agama atau kepercayan, status sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya, serta saling toleran dan menghargai.
4. Kesehatan dari aspek ekonomi terlihat bila seseorang (dewasa) produktif, dalam arti mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang dapat menyokong terhadap hidupnya sendiri atau keluarganya secara finansial. Bagi mereka yang belum dewasa (siswa atau mahasiswa) dan usia lanjut (pensiunan), dengan sendirinya batasan ini tidak berlaku. Oleh sebab itu, bagi kelompok tersebut, yang berlaku adalah produktif secara sosial, yakni mempunyai kegiatan yang berguna bagi kehidupan mereka nanti, misalnya berprestasi bagi siswa atau mahasiswa, dan kegiatan sosial, keagamaan, atau pelayanan kemasyarakatan lainnya bagi usia lanjut.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam musyawarah Nasional Ulama tahun 1983 merumuskan kesehatan sebagai ketahanan “jasmaniah, ruhaniyah dan sosial” yang dimiliki manusia sebagai karunia Allah yang wajib disyukuri dengan mengamalkan tuntunan-Nya, dan memelihara serta mengembangkannya.
Islam sangat memperhatikan kondisi kesehatan sehingga dalam Al Quran dan Hadits ditemui banyak referensi tentang sehat.Misalnya Hadits Bukhari yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, Rasulullah bersabda.“Dua nikmat yang sering tidak diperhatikan oleh kebanyakan manusia yaitu kesehatan dan waktu luang.”
Sehat secara fisik dapat diartikan bahwa seluruh komponen tubuh manusia mampu menjalankan fungsinya dengan optimal (seimbang).Keseimbangan merupakan sunatullah alam semesta. Allah berfirman:
Maha suci Allah yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun, yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, Adakah kamu Lihat sesuatu yang tidak seimbang? Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam Keadaan payah. (QS 67: 1 – 4)
(Dialah Allah) yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh)mu seimbang, (QS. 82: 7)